Rabu, 24 Juli 2013

Puasa, Olahraga, dan Kesehatan - Topskor

SELURUH umat Muslim di dunia, kecuali anak-anak dan orang sakit, kini mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Berbagai sisi positif puasa pun dipaparkan di media masa cetak dan elektronik oleh para ahli spiritual dan kesehatan. Bahwa puasa selain memiliki nilai ibadah, juga bermanfaat bagi kesehatan. Energi yang biasanya digunakan oleh saluran pecernaan saat puasa digunakan lebih efektif untuk proses metabolisme tubuh. Alhasil, kata para ahli kesehatan, di saat inilah terjadi detoksifikasi atau pembuangan toksin (racun) dari dalam tubuh yang masuk melalui makanan dan minuman.

Karena itulah salah seorang pencetus metode pengobatan ala Barat, Paracelsus, mengatakan bahwa puasa adalah obat paling mujarab bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.  Jauh sebelumnya juga, filsuf Yunani kuno yang terkenal, Plato, memercayai manfaat dari puasa dan membuktikannya sendiri dengan melakukannya secara teratur. Kemudian Plato mengatakan bahwa puasa sungguh memperkuat kinerja stamina fisik.

Pernyataan dari dua tokoh masa lampau itu pun dibenarkan oleh penemuan fakta tentang manfaat puasa yang dilakukan mendiang dr. Allan Cott, penulis buku bestseller berjudul Fasting The Ultimate Diet dari Amerika Serikat. Cott menghimpun hasil penelitian dari para ilmuwan berbagai negara tentang manfaat utama puasa dan menyimpulkan bahwa ada korelasi antara puasa dengan perbaikan kualitas fisik dan mental/jiwa.

Dalam kaitan dengan olahraga dan puasa, Cott menyimpulkan bahwa puasa, seperti halnya dengan olahraga, terbukti akan memperlambat proses penuaan, mampu membersihkan tubuh (detoksifikasi), merangsang proses pemulihan diri, menurunkan tekanan darah dan kadar kolekstrol, menambah kemampuan kontrol diri,  mengendurkan stress, meningkatkan kualitas seksual dan sistem imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit atau memperbaiki stamina, serta lebih menyegarkan kesehatan mental/jiwa.

Bahwa puasa sama halnya dengan olahraga, sama-sama mengurai cadangan lemak yang kemudian diubah menjadi energi. Atau, dalam puasa dan olahraga terjadi pelepasan timbunan senyawa kimia berbahaya yang tertarik  dalam cadangan lemak tubuh yang kemudian akan dibuang oleh organ tubuh yang bertugas melakukan detoksifikasi.

Terkait dengan kesehatan jiwa atau mental, diyakini puasa seperti juga olahraga, sebagai upaya pencegahan dan pengendalian stres. Seperti diketahui, penyebab penyakit itu beragam, di antaranya faktor genetik, psikososial, dan kepribadian. Puasa dan olahraga terbukti mampu membuat jiwa menjadi lebih tenang. Puasa dan olahraga lebih mampu mengendalikan mood, dan jadi faktor peredaan jika stimulan depresi datang.

Persoalannya, bagaimana olahraga dijalankan sambil puasa? Terasa berat memang, jika menjalankan olahraga sambil puasa, mengimgat olahraga membutuhkan banyak energi. Padahal, puasa tak menghendaki asupan makanan sebagai sumber energi untuk olahraga. Di sinilah banyak atlet menghentikan aktivitas olahraga profesionalnya di bulan Ramadan dan para penyelenggara kompetisi profesional menghentikan kompetisi pada bulan-bulan puasa.

Untung bahwa budaya Islam selalu punya solusi untuk bisa memindahkah puasa pada bulan-bulan yang lain. Tak heran banyak  olahragawan, seperti yang ada di liga-liga profesional Eropa menunda puasanya untuk dijalankan pada masa jeda kompetisi seperti liburan Natal. Tapi, banyak juga para olahragawan yang tetap mengikuti ketatnya kompetisi sepak bola sambil terus berpuasa.

Bagaimana itu bisa dijalankan? Jawab para ahli yoga, semuanya bisa dilakukan tanpa ada beban yang memberatkan jika mereka punya keteguhan hati, keimanan yang kuat, disiplin, kemauan, dan motivasi yang tinggi untuk meraih kesempurnaan lahir dan batin. Tentu saja ini perlu dilakukan dengan latihan yang simultan. Yang perlu dihindarkan adalah olahraga yang superberat, seperti tinju, angkat besi. Sepak bola umumnya dapat dilakukan, asalkan sang pesepak bola memiliki keteguhan hati, keimanan yang kuat, serta kemauan dan motivasi yang tinggi.

Hal itu sudah dibuktikan sejumlah pesepak bola profesional beragama Islam yang berkompetisi di liga-liga Eropa, yang terkenal ketat dan kompetitif. Meski mereka tetap berpuasa, tetapi terus mengikuti kompetisi. Sebut saja Ahmah “Mido” Hasan dan Nourredine Naybet, kedua pemain Tottenham Hotspur, Mohammad Kallou, pemain Inter Milan, Nikolas Anelka, Seidou Keita, Eric Abidal, dan  Afelay dan lain-lain.  Di luar itu banyak juga pemain di liga Eropa yang memindahkan waktu puasanya di bulan-bulan lain.

Rata-rata para pemain itu sukses baik sebagai atlet profesional maupun penganut Islam yang taat. Karena lewat puasa mereka dapat menggapai kedewasaan dan kematangan hidup. Itu pula yang menjadi tujuan dari puasa. Bagi para olahragawan, segala kekurangan yang merupakan sisi negatif manusia yang ada pada diri mereka, dapat dikendalikan dan diubah dengan nilai luhur puasa dan sekaligus diredam melalui nilai positif olahraga.***


Thomas Koten
Penulis adalah pemerhati olahraga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar